Rabu, 08 September 2010

FACEBOOK DAN NASIONALISME

Sebagai kreator dari masa depan sebuah bangsa, sebagai generasi muda hendaknya memiliki rasa nasionalisme terhadap Tanah airnya. Selain itu generasi muda masa depan sebauh bangsa, seperti sebuah Ungkapan, “Hancurnya generasi muda adalah awal kehancuran sebuah Bangsa”. Ini merupakan sebuah tanggungjawab bagi setiap komponen bangsa untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia generasi mudanya.

Dalam bahasa Indonesia, istilah nasionalisme memiliki dua pengertian: paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri dan kesadaran keanggotan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan menngabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu. Dengan demikian, nasionalisme berarti menyatakan keunggulan suatu afinitas kelompok yang didasarkan atas kesamaan bahasa, budaya, dan wilayah.

Nasionalisme adalah rasa cinta tanah air yang diimplementasikan dalam bentuk perilaku real demi menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsanya, yyang dalam perwujudannya dapat dilihat dari sikap kritis, bela tanah air, dan menjaga ketertiban sebuah system dalam realita sosial yang mengacu pada pranata sosial dalam lingkungan masyarakat itu sendiri.
Di era reformasi saati ini perkembangan arus informasi yang maju dengan begitu pesatnya, rasa nasionalisme disinyalir sudah terabaikan dalam diri sebagian generasi muda bangsa ini.

Ada beberapa alasan mengapa penulis berani melontarkan statmen ini, diantaranya; menurunnya system pendidikan yang orientasinya dapat dilihat dari prestasi kancah internasional.
Terjadinya degradasi moral, lemahnya wawasan Nusantara generasi muda dsb, tentu hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya; kurangnya filterisasi generasi muda terhadap adopsi-adopsi kebudayaan luar yang masuk ke negri ini semakin besar, yang sejatinya bertolak belakang dengan budaya Bangsa Indonesia ini, selain itu mudah terkecohnya generasi kita dari hal-hal baru yang dikemas dengan apiknya sehingga generasi muda kita mudah terlena akan hal-hal baru ini. Dan pada akhirnya melupakan visi hidup mereka yang tentu lebih layak untuk diprioritaskan.



Lemahnya Melek Media
Filterisasi menjadi hal yang sangat urgen saat ini berdampak pada pemahaman akan pentingnya literasi media generasi muda saat ini. Mengingat arus informasi yang begitu pesat, selain itu sasaran dari media massa yang bersifat heterogen.
Sebagai salah satu contohnya;
Penulis mengambil contoh; fenomena facebook yang sedang menjadi trend di media near massa saat ini.
Penulis yakin semenjak kemunculan facebook, google sebagai perpustakan dunia di dunia maya saat ini tidak lagi difungsikan untuk wadah mencari informasi sebagai bahan-bahan refrensi untuk menambah informasi dan pengetahuan dll.
Jangankan membaca buku, terlebih lagi membeli buku di toko-toko buku terkemuka, Koran saja sudah tidak lagi dihiraukan.
Facebook lebih penting dari pada membaca buku, anda boleh melakukan survey lapangan terkait dengan statmen saya, dan anda boleh Tanya dengan siswa SMP, SMA, atau bahkan rekan Mahasiswa anda. Silahkan anda Tanya hafal atau tidak mereka dengan jumlan provinsi berikut nama-nama ibukota provinsi yang ada di Indonesia? Dengan anda bandingkan bagaimana cara membuat facebook dsb, menyangkut aktifitas yang dilakukan di facebook.
Mereka lebih tahan duduk berjam-jam di depan laptop mereka atau diwarnet berjam untuk beraktifitas di facebook dari pada duduk barang 15 menit untuk membaca Koran. Belum lagi ditambah game poker, bisa 2hari dua malam mereka tak tidur untuk memainkan game dengan iming-iming chip yang bisa dikatakan lumayan ini.
Pengaruh terhadap nasionalisme
Jika fenomena facebook seperti ini atau kelak muncul lagi situs jejaring sosial yang lain atau apalah namanya dengan daya tariknya lebih popular lagi seperti saat ini ditoleran, bukan tidak mungkin 10 atau 20 tahun mendatang generasi kita akan menjadi generasi yang bermental tempe.
Karena wawasan nusantara mereka sangat lemah, dan sudah dapat kita bayangkan bangsa-bangsa luar yang memiliki visi untuk menguasai system perekonomian atau visi yang intinya adalah untuk keuntungan bangsa mereka akan mudah sekali meluluhlantakkan system perekonomian di negeri ini.
Nah, rasa nasionalisme yang seperti apa lagi yang dapat generasi muda kita tunjukkan, sedangkan generasi kita sudah tidak lagi menjadi generasi yang kritis dan memiliki intelektualitas yang tinggi.
Kasus-kasus perendahan yang dilakukan oleh Malaysia terhadap Indonesia, seperti Ambalat, pelecehan seksual terhadap TKI, atau pemerkosaan, penganiayaan, dll. Ini adalah perendahan harkat dan martabat terhadap bangsa ini, lalu mengapa pemerintah kita seolah bergeming dan menutup mata atas peristiwa-peristiwa ini. Kurang tegasnya pemerintah ini terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM terhadap TKI sama sekali bukan menjadi hal yang tabu dan layak untuk diperhatikan dengan serius, miris bukan.?
Ini merupakan sebuah tanda Tanya yang BESAR ?.......tentang nasionalisme terhadap tanah air tercinta ini, belum lagi ditambah dengan sikap toleran terhadap koruptor yang sudah jelas-jelas menggerogoti kekayaan bangsa dan bahkan sudah banyak membunuh jutaan masyarakat kita……….
Untuk itu sejak dini penulis mengajak para pembaca untuk mulai menumbuhkan rasa Nasionalisme terhadap tanah air tercinta ini, dengan berbagai macam perwujudan seperti, untuk para siswa smp,sma, dan para Mahasiswa agar lebih giat lagi belajar, berkreasi, dan menghargai bangsa kita ini. Dan satu hal yang perlu digaris bawahi, kurangi aktivitas di faceebook dan aktivitas yang tidak bermanfaat lain, dan lebih perbanyak lagi membaca artikel atau karya jurnalistik-jurnalistik yang lain, seperti Koran, majalah, buku, dll. Agar lebih bermanfaat dan kelak tidak menjadi babu di negeri sendiri.

Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, kritik dan saran tentu penulis harapkan agar kelak dapat menjadi bahan refrensi penulis untuk menyempurnakan tulisannya dikemudian hari.
Terima kash…
Asd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar